Sumber Pengetahuan
Di dalam buku Filsafat Ilmu Sebuah
Pengantar Populer yang ditulis oleh Jujun S. Suriasumantri kita
menemukan penjelasan tentang sumber pengetahuan. Buku ini memang sesuai
dengan judulnya sebuah pengantar yang sangat populer. Untung saja tidak
sebuah pengatar ilmiah. Buku ini dijadikan sebagai bahan rujukan utama
bagi mahasiswa Pasca Sarjana dalam mata kuliah Filsafat Ilmu di berbagai
perguruan tinggi Indonesia. Tulisan ini akan mejelaskan kepada para
pembaca tentang kekeliruan logika penulisnya tentang sumber
pengetahuan. Tentu juga Jujun menulis buku itu tidak terlepas dari
referensi yang pernah ia baca. Boleh jadi Apa yang ia tulis murni
pikirannya sendiri atau boleh jadi ia hanya mengikuti pemikiran para
pendahulunya.
- Penulis:
Jujun S. Suryasumantri
Pada halaman 50-54 sub Bab II yang berjudul “Sumber Pengetahuan”, katanya sumber pengetahuan adalah sebagai berikut;
Empirisme. Aliran ini
berpendapat bahwa sumber pengetahuan yang mencukupi dan yang dapat
dipercaya oleh akal sehat. Dalam rangka kerjanya, aliran ini mendasarkan
diri pada cara kerja deduktif dalam menyusun pengetahuannya.
Premis-premis yang digunakan dalam membuat rumusan keilmuwan harus jelas
dan dapat diterima. Aliran atau paham ini sering juga disebut sebagai
idealism atau realism.
Rasionalisme. Aliran ini
berpendapat bahwa empiris atau pengalamanlah yang menjadi sumber
pengetahuan, baik pengalaman yang batiniah maupun yang lahiriah. Aliran
ini menutupi kelemahan dari aliran rasional yang hanya mengandalkan akal
dalam membentuk pengetahuan. Metode yang digunakan adalah induksi.
Aliran ini menganggap bahwa pengetahuan manusia hanya didapatkan dari
pengalaman yang konkrit, dan bukan dari penalaran yang abstrak.
Intuisi. Pengetahuan yang
diperoleh dari intuisi merupakan pengetahuan yang tiba-tiba atau berupa
proses kejiwaan dengan tanpa stimulus mampu untuk membuat pernyataan
sebagai pengetahuan.
Wahyu. Pengetahuan yang
bersumber dari Tuhan melalui hamba-Nya yang terpilih untuk
menyampaikannya (Nabi dan Rasul). Melalui wahyu atau agama, manusia
diajarkan tentang sejumlah pengetahuan baik yang terjangkau ataupun
tidak terjangkau oleh manusia.
Apa yang keliru?
Jika kita mau mencermati dengan logika
secara baik dan cermat, maka apa yang dikemukakan Jujun itu sepenuhnya
belum merupakan sumber pengetahuan. Sebab empirism, rasionalism, intuisi
adalah tidak lebih dari dan merupakan cara-cara mendapatkan
pengetahuan. Dengan kata lain adalah sebagai metodologi untuk
memperoleh pengetahuan. Sedangkan wahyu adalah cara Allah menurunkan
firmanNya (informasi) kepada RasulNya. Di dalam Al Quran Allah
mengatakan Kami “wahyukan“ kepadamu (Muhammad). Maka dalam hal ini jika
Al Quran yang dijadikan salah satu sumber pengetahuan akan jadi benar.
Al Quran itulah yang di-(wahyu)-kan (disampaikan) oleh Allah kepada
Rasulullah SAW.
Apa sebetulnya ?
Jika kita membuat sebuah analogi
kira-kira seperti air di dalam sumur. Jika kita mau mengambil air yang
ada di dalam sumur itu maka kita akan dapat menggunakan berbagai cara
dan peralatan. Misalnya kita menggunakan timba, yaitu ember yang diberi
seutas tali. Kita juga dapat mengambil air sumur itu dengan menggunakan
timba pakai kerek atau katrol. Kita juga dapa mengambil air sumur dengan
menggunakan pompa, baik pompa tangan atau pun pompa pakai motor. Dalam
hal ini yang penting dipahami adalah pertama “sumur” adalah sebagai
“sumber air”, sedangkan penggunaan timba dan pompa untuk mengambil air
adalah sebagai “metodologi” mendapatkan air. Demikian pula halnya dengan
ilmu. Ada sumber ilmu dan ada pula metodologi untuk mendapatkan ilmu.
Sejatinya sumber pengetahuan adalah apa
yang ada di alam raya ini. Dalam pengertian sempit adalah apa yang ada
di lingkungan kita. Apa yang ada di lingkungan kita yang bersentuhan
langsung dengan panca indera. Secara spesifik adalah objek pengamatan.
Dengan kata lain apa saja yang kita amati dengan panca indera itulah
sebagai sumber pengetahuan. Jika kita membaca sebuah buku, maka buku
sebagai sumber pengetahuan. Jika kita mendengarkan orang bercerita maka
orang yang bercerita itulah sebagai sumber pengetahuan atau ilmu. Jika
kita mencicipi sedikit garam, kita akan tahu rasa garam itu asin,jadilah
garam itu sumber pengetahuan. Kitab suci termasuk ke dalam sumber
pengetahuan. Jadi kesimpulan yang dapat kita rumuskan sebagai sumber
pengetahuan adalah apa yang ada di lingkungan yang berinteraksi langsung
dengan panca indera kita. Di dalam bahasa Minangkabau dikenal dengan
ungkapan “Alam Takambang Jadi Guru”.
Demikian semoga bermanfaat.